Sex on Valentine

Sex on Valentine

“Only You The One that I Love The Most in The Whole
World”.

Tulisan yang berisi ungkapan rasa cinta model gini gampang
kita temuin di bulan Februari. Yup, bulan Februari jadi istimewa dan penuh
cinta lantaran kehadiran Valentine’s Day (VD) yang jatuh pada tanggal
14-nya. Nggak heran kalo jutaan remaja di seluruh dunia tak sabar
menantinya. Lantaran VD menjadi hari dimana mereka bebas nunjukkin kasih
sayangnya pada pacar alias kekasih gelapnya. Nah lho, sephia dong? Ya
iyalah, soalnya kan kebanyakan mereka belon pada merit alias nikah.
Hubungan resmi laki-perempuan kan melalui ikatan pernikahan, bukan pacaran.
Betul?

Bagi para pelaku bisnis, VD berarti momen penting untuk mengeruk keuntungan
sebanyak mungkin dari penjualan produk dan pernak-pernik Valentine.
Lantaran menjelang VD, daya beli masyarakat terutama remaja mendadak
dangdut, eh meningkat drastis. Remaja berlomba-lomba berburu kado spesial
yang unik dan menarik agar perayaan VD ngasih kesan yang mendalam bagi
pasangannya. Ada buket bunga mawar nan cantik, coklat dalam kotak berbentuk
hati, perhiasan, CD lagu romantis, permen, kartu Valentine, hingga sepasang
sendal jepit!

Nggak cuma pernak-pernik, perayaan VD juga dilengkapi dengan acara
bernuansa pesta pora bin hura-hura yang bikin remaja terlena. Mulai dari
acara yang romantis abis hingga yang berbau erotis yang pastinya nggak pake
gratis. Ada konser musik dari para musisi idola yang melantunkan lagu-lagu
melankolis, pesta pribadi yang mendatangkan penari striptease, atau acara
arisan teman kencan yang berujung pada perilaku seks bebas. Ih najis!

Padahal nggak semuanya tahu asal-usul VD. Kebanyakan mungkin cuma
ikut-ikutan tren aza. Jangan-jangan, VD cuma mitos yang digede-gedein dan
dianggap istimewa. Bisa jadi kan?

VD, hari kasih sayang?

The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai
Valentine’s Day. Sebagian memahaminya sebagai Perayaan Lupercalia
yang merupakan rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18
Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of
feverish love) Juno Februata.

Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu
setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar
harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek
hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari
gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit
binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan
membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan
mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis
dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar
Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul:
Christianity).

Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I
menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama
Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan
mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).

Sementara The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine
menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di
antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian
nggak jelas siapa “St. Valentine” yang dimaksud. Malah kisahnya
juga nggak ketahuan ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita
yang berbeda. (idem).

Sobat, dari sejarahnya aja udah keliatan kalo Valentine’s Day nggak
jelas asal-usulnya alias banyak versi yang nggak pasti. Cuma akal-akalan
doang yang dipake untuk menyebarkan agama kristiani termasuk budaya dan
tradisi Barat. Nggak heran kalo kini makna VD kian tulalit. Lebih ke arah
kebebasan yang kebablasan untuk nunjukkin kasih sayang kepada pasangan yang
dicintainya, khususnya kalangan remaja. Bahaya tuh!

Sex on Valentine’s Day

Menjelang hari Valentine, banyak remaja sibuk nyari kado spesial sebagai
tanda cinta bagi sang kekasihnya. Di balik kegembiraan anak muda merayakan
VD ternyata tersembunyi bahaya besar yang mengintai para aktivisnya. Mulai
dari penularan HIV/AIDS hingga kehamilan tak dikehendaki. Waduh!

Ini dikemukakan oleh dr Andik Wijaya SMSH, seorang Seksolog dari Surabaya.
“Sekarang Valentine’s Day nuansanya cenderung romantis dan
erotis,” tutur dr Andik. Ini bukan omong kosong lho. Salah satu
faktor yang mensukseskan erotisme saat perayaan Valentine adalah makanan
khas Valentine`s Day berupa coklat. Emang kenapa dengan coklat? Menurut dr
Andik, coklat mengandung zat yang disebut Phenyletilamine atau zat yang
bisa membangkitkan gairah seksual. Nah lho. Ternyata eh ternyata…

Bukti lain, lanjutnya, pergeseran makna Valentine‘s Day, di Inggris
14 Februari malah dicanangkan sebagai The National Impotence Day (hari
impoten nasional) dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat
terhadap ancaman impotensi 2 juta pria Inggris. Sedang di AS lebih parah
lagi. 14 Februari ditetapkan sebagai The National Condom Week (pekan kondom
nasional). “Maksudnya kampanye nasional penggunaan kondom, karena
tiap perayaan Valentine‘s Day diikuti peningkatan kasus HIV/AIDS.
Padahal tingkat kegagalan kondom mencapai 33,3 persen,” imbuh dr.
Andik.

Bagaimana di dalam negeri? dr Andik menuturkan, tiga tahun lalu ia diundang
sebuah hotel berbintang di Surabaya menghadiri pesta Valentine‘s.
Bonusnya undangan boleh check in sehari bersama pasangannya dengan jaminan
tak dicek identitasnya (suami istri atau bukan). (www.beritakesehatan.com,
Rabu, 14/02/2001)

Fenomena sex on valentine dikuatkan juga saat seorang penulis, menjelang
Valentine’s Day tahun 2004, pernah melakukan survei terhadap remaja
pinggiran Kota Bandung seperti Cimahi, Batujajar, Padalarang, dan Lembang.
Dibantu Lembaga Telaah Agama dan Masyarakat (eL-TAM) penulis menyebarkan
500 angket ke siswa siswi tingkat SMA di daerah tersebut. Hasilnya?
Mengejutkan!

Dari 413 responden yang menjawab angket secara “sah” 26,4% di
antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine bersama gebetan atau
kekasih dengan jalan-jalan, makan-makan lalu berciuman (melakukan seks).
(Lihat, Samsul Ma’arif, “Valentine Day Bukan Budaya Kita, Tapi
…”Pikiran Rakyat, 12 Februari 2005).

Bahkan lembaga sosial Family Health International (FHI) Jabar yang
berkedudukan di Kota Bandung, mempublikasikan hasil riset dan surveinya
tentang perilaku seks remaja Kota Bandung. Dari penelitian itu disimpulkan
bahwa 54% remaja Kota Bandung pernah berhubungan seks! (Kompas, 25 Januari
2006). Bahkan, persentasenya paling tinggi dibandingkan kota-kota besar
lain, seperti Jakarta (51%), Medan (52%) dan Surabaya (47%).

Prihatin juga ya, ternyata gaya hidup permissif alias serba boleh dalam
berbuat kian banyak menjerat temen-temen kita. Terutama dalam urusan
ekspresi cinta mereka pada pujaan hatinya. Katanya cinta suci, ternyata
cuma cinta birahi. Ini gaswat sobat. Kalo tetep dibiarin, gaya hidup
sekuler ini bisa menyeret remaja pada kehidupan yang menuhankan hawa nafsu.
Kalo itu terjadi, kehidupan kita nggak jauh bedanya dengan marga satwa.
Nggak lah yauw! Amit-amit banget deh.

Hati-hati tertipu…

Sobat, karakter remaja yang doyan having fun gampang dimanfaatkan para
pelaku bisnis untuk menjerat remaja muslim dalam gaya hidup hedonis demi
meraih keuntungan yang bombastis. Remaja muslim digiring agar aktif
merayakan hari kasih sayang. Padahal jelas-jelas VD adalah budaya Barat
yang harus kita hindari bukan malah kita ikuti.

Seperti kebiasaan mengirim kartu Valentine disertai ucapan “Be My
Valentine?”. Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical
Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan bahwa kata
“Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan
kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak,
kalo kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu
berarti memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa” dan menghidupkan
budaya pemujaan kepada berhala. Syirik tuh!

Kamu juga kudu tahu kalo Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap
dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari.
Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun
berzina dengan ibunya sendiri!

So, nggak usah minder untuk ngakuin VD yang pastinya bukan budaya Islam.
Kalo kita tetep ngotot ikut ngerayain, bisa-bisa kita bakal termasuk
golongan orang-orang kafir yang menjadikan VD sebagai salah satu hari besar
agamanya. Seperti diingatkan Rasul saw dalam sabdanya: “Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk salah seorang dari
mereka.” (HR Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabranî)

Sempurnakan cinta kita

Sobat, VD sebagai simbol ekspresi cinta telah menyeret para aktivisnya
keliru memaknai hakikat cinta. Gaya hidup permissif seperti terlihat dalam
perayaan VD selalu memandang baik apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya
dan menjadikannya sebagai jalan hidup. Kondisi ini sama dengan menyekutukan
Allah Swt. dengan menuhankan hawa nafsu. Seperti disebutkan Allah swt dalam
firman-Nya:

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, Atau apakah
kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka
itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu). (QS al-Furqaan [25]: 43-44)

Kalo kita nggak mau disamain dengan ayam, kambing, atau sapi seperti ayat
di atas, maka berperilakulah layaknya manusia. Allah Swt. udah ngasih kita
akal agar bisa bedain perilaku yang diridhoin Allah ama yang nggak. Jangan
mau diperbudak hawa nafsu dan ngikutin perasaan aja. Kita ini lebih mulia
dibanding hewan sobat.

So, untuk nunjukkin kasih sayang, nggak mesti saat VD. Kapan aja boleh kok.
Yang terpenting dan pokok adalah ekspresikan cinta-kasih-sayang sesuai
ajaran Islam yang mulia dan masuk akal. Bukan ajaran lain yang justru
merendahkan derajat kita. Maka, kalo pengen selamat dunia-akhirat: cintai
Islam dan pake aturan Islam dalam keseharian kita. Biar mantep cintanya,
kuatkan dengan ikut pembinaan dan pengkajian Islam. Biar kokoh dan utuh
dalam membentuk kerangka berpikir, maka pembinaan itu harus dilakukan
intensif dan rutin. Jangan setengah-setengah. Kini, saatnya kita
bareng-bareng mengkaji Islam untuk sempurnakan rasa cinta kita!

created: andydoanx2525@dewa19.com*